Rabu, 03 Desember 2008

COBEK dan CTM

Setiap rumah tangga pasti memiliki benda yang namanya COBEK atau batu ulekan. Nah, saya punya pengalaman yang tak pernah terlupakan seputar benda itu.

Waktu saya KKN tahun 1994, di dusun Tunjungan daerah Kulon Progo selama dua bulan, susah senang dijalani bersama enam orang teman sekelompok di bawah satu atap dan satu dapur. Kami tinggal di rumah Pak Kadus (Kepala Dusun). Minggu pertama urusan dapur ditangani Bu Kadus. Namun melihat kesibukan ibu yang setiap pagi harus berjualan ke pasar, kami lalu sadar diri dan berinisiatif untuk memasak sendiri. Kebetulan ada empat cewek dalam kelompok kami.

Demi urusan ruang tengah ini, kami berempat mulai unjuk kebolehan masing-masing. Yuyun dengan sop cakar ayamnya, Rini dengan sayur brongkosnya, Tutik dengan sayur bayam beningnya, dan saya dengan tumis sawi hijau. Sedangkan tiga saudara kami, Iwan, Santo, dan Sugi urusan menimba air.

Suatu sore ada ayam Pak Kadus yang ‘klenger’ gara-gara obat CTM yang memang sengaja kami siram dalam sisa-sisa nasi di kandang ayam. Dengan hasil percobaan itu kami pasti dapat menikmati lezatnya daging ayam kampung. Habis, sudah hampir tiga minggu, hari-hari tempe bacem melulu (Bu kadus kan jualan tempe juga). Bosanlah ! Dengan tanpa merasa berdosa dan pura-pura sedih, saya ikut menyaksikan penderitaan ‘calon lauk’ kami itu menggelepar bersama Bu Kadus. “Yo wis Mbak, kalo gak berbahaya dan bisa dimakan, potong aja,” kata Bu Kadus dengan wajah pasrah. Asyik !

Dengan bersorak-sorai dalam hati saya menyiapkan bumbu-bumbunya. Merica, bawang putih, lengkuas, jahe, serai, garam, kunyit, kemiri, semuanya dihaluskan. Saking semangatnya menumbuk lengkuas yang keras, astaganaga … cobeknya pecah terbelah dua. Sialnya lagi, ada Pak Kadus berdiri di samping saya. Aduh malunya …! Kemarin, di depan Pak Kadus juga tungku api pecah saat saya sedang mengaduk-aduk nasi. Tapi semuanya asli, tanpa sengaja lho. Spontan saya menjerit. Jeritan itu justru mengundang kedatangan Bu Kadus yang sedang membersihkan daun pisang untuk membungkus tempe.
“Asyik … nanti nonton gratis Mbak Flores lari keliling rumah tujuh kali gak pake baju !” teriak Bu Kadus. Hah, berarti bugil dong. Pak Kadus ikut manas-manasin dan teman-teman pun ikutan tepuk tangan. Terus terang saya gugup dan agak pucat juga. Bayangin bugil lalu lari keliling rumah tujuh kali, alamak…! Melihat kegugupan saya, Pak Kadus lalu menjelaskan bahwa menurut adat Jawa memang mesti demikian kalau seseorang memecahkan batu ulekan / cobek, hukumannya seperti itu. Masya ampiun...

Saya lalu teringat akan lauk kami yang belum dimasak, buru-buru memotong lanjutan cerita (yang penting udah tahu gak jadi bugil) dan segera memasak. Malam itu kami makan dengan penuh sukacita sambil berencana untuk dua hari mendatang, siram CTM lagi ah ... Korban terus berjatuhan tanpa sepengetahuan Bapak dan Ibu Kadus sampai kami selesai KKN. Sorry, Pak dan Bu Kadus !

Tidak ada komentar: